Kabar Baik Bagi yang Suka Melamun, Duduk Termenung Perbaiki Fungsi Otak

Pernahkah Anda merasa bosan dengan apa yang setiap hari Anda lakukan? Biasanya ketika rasa bosan itu datang, hal yang paling mungkin Anda lakukan adalah melamun. Ketika Anda melamun, berapa banyak waktu yang Anda buang untuk hanya terbengong-bengong memikirkan sesuatu yang tidak Anda kerjakan?

Tapi meskipun membuang waktu, ternyata melamun dapat meningkatkan kemampuan kognitif Anda.

Studi terbaru yang dilakukan para peneliti dari Bar-Ilan University menunjukkan bagaimana stimulus eksternal dengan tingkat listrik rendah dapat merubah cara berpikir. Mereka menemukan rangsangan otak yang menghasilkan up-tick dapat terukur dalam keadaan melamun, pikiran secara spontan, dan hubungan tentang pemikiran diri sendiri.

Saat melakukan penelitian, mereka juga menemukan hal yang mengejutkan yakni bahwa melamun tidak hanya dapat melepaskan pikiran dari tugas yang monoton, namun juga mempunyai hal positif, yaitu menjadi efek stimultan terhadap pekerjaan itu sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa stimulus eksternal secara umum tidak saling terkait dengan persepsi sensori yang dapat memicu aktifitas kognitif tertentu.

Dalam percobaan yang dirancang oleh Profesor Mosche Bar dan Dr. Vadim Axelrod, para peserta penelitian dilakukan transcranial Direct Current Stimulation (tDCS). tDCS ini adalah prosedur non-invasif dan tidak menyakitkan yang menggunakan listrik tingkat rendah untuk merangsang wilayah tertentu pada otak.

Para peserta diminta untuk melacak dan merespon pada angka-angka yang muncul di layar komputer secara cepat. Mereka juga diminta untuk menanggapi secara berulang layar komputer dimana mereka akan melaporkan hasil pada skala 1-4 untuk melihat sejauh mana pikiran spontan mereka tidak saling terkait dengan tugas numerik yang diberikan.

"Kami memfokuskan stimulasi tDCS pada lobus depan otak karena pada bagian ini, otak terbukti terlibat dalam kegiatan berfantasi, dan juga pada daerah sentral lokus yang bekerja mengontrol jaringan yang membuat kita dapat mengatur dan merencanakan sesuatu ke depannya," ujar Bar.

Sebagai perbandiangan dalam percobaan yang terpisah, para peneliti menggunakan tDCS untuk merangsang korteks oksipital (pusat kontrol visual di belakang otak). Mereka juga melakukan studi kontrol pada tempat yang tidak menggunakan tDCS. Hasilnya ditemukan bahwa melamun tidak merubah stimulasi pada bagian oksipital, namun dapat meningkat pesat pada stimulasi di lobus frontal.

Penelitian ini menunjukkan bahwa frontal lobus memainkan peran kausal dalam memproduksi pikiran saat Anda sedang mengkhayal. Selain itu, dari hasil para peneliti mengetahui bagaimana cara kerja melamun dapat meningkatan kerja stimulus eksternal yang nyatanya tidak membahayakan kemampuan subjek untuk menyelesaikan tugasnya, bahkan hal tersebut justru membantu mereka.
Dilansir psychcentral, Minggu (1/3/2015), Bar percaya bahwa hasil mengejutkan ini mungkin berasal dari pemusatan pada salah satu bagian otak, baik dalam mekanisme 'pengendalian pikiran' dan 'pikiran bebas', kegiatan yang secara spontan, termasuk melamun.

"Lebih dari 15 atau 20 tahun, para peneliti telah menunjukan, tidak seperti aktifitas saraf lokal yang terkait pada tugas tertentu, melamun justru melibatkan aktivasi kerja jaringan standar otak yang tinggi," katanya.

"Dari keterlibatan cross-brain ini dapat mengakibatkan keluarnya perilaku tertentu seperti kreativitas dan mood, dan mungkin juga memperbesar kemampuan untuk tetap menyelesaikan tugas sementara pikiran sedang berfantasi," lanjutnya.

Melamun seringkali diasumsikan sebagai batasan kapasitas kognitif seseorang untuk memperhatikan sesuatu, namun hal yang menarik dari studi ini malah menunjukkan melamun tidak mengurangi kemampuan subjek untuk menyelesaikan tugas, itu malah menyebabkan kinerja tugas menjadi sedikit lebih baik.

Penelitian lebih lanjut akan menyorot bagian mana stimulasi eksternal yang dapat menjadi penyebab peningkatan kemampuan kognitif bagian lainnya, seperti kemampuan untuk fokus atau multi-tasking secara paralel. Bar percaya bahwa informasi ini dapat membantu neuroscientists untuk semakin dapat memahami kelakukan dari orang-orang yang mempunyai aktifitas neural yang abnormal atau lamban.

sumber:
health.detik.com