"Memerangi” Kanker dengan Kunyit Putih (Curcuma mangga)

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak sekarang banyak yang memiliki tanda-tanda terpapar tumor atau kanker. Makanan ditengarai sebagai salah satu faktor pencetus kanker. Makanan zaman sekarang penuh dengan bahan-bahan kimia dan zat beracun, seperti formalin, boraks, pengawet, pemanis, dan pewarna buatan. Selain itu, anak-anak sulit sekali makan sayur. Padahal, buah dan sayuran kaya akan vitamin C dan antioksidan yang ampuh membasmi kanker. Tanpa disadari, racun terus tertimbun di dalam tubuh dan memicu timbulnya penyakit kanker.
Makin gencarnya gerakan kembali ke alam (back to nature) membuat pengobatan dengan herba juga kian marak, termasuk upaya dalam mengatasi kanker. Salah satu tanaman yang sudah banyak digunakan dalam ramuan untuk mengatasi kanker adalah kunyit putih (Curcuma mangga). Dalam pemakaian sehari-hari kunyit putih belum sepopuler saudara kandungnya, kunyit kuning. Maklumlah, secara fisik dan rasa memang beda. Kunyit memiliki warna daging lebih kuning dan rasanya tak begitu getir. Ukurannya pun cenderung lebih besar dibanding kunyit putih, tetapi keduanya memiliki aroma khas dan kuat lantaran kandungan minyak atsirinya.
Ansori menuturkan pengalamannya mengenai khasiat kunyit putih, dia mengaku mengenal khasiat kunyit putih setelah ibunya divonis menderita kanker. Dia mencoba mencari alternatif selain kemoterapi. Atas rekomendasi seorang dokter, ia disarankan mencoba ekstrak kunyit putih.
“Kunyit putih ini mengandung suatu zat yang akan menempel secara selektif pada sel-sel abnormal. Zat ini dipercaya mampu memandulkan perkembangan sel yang doyan berkembang biak. Banyak pasien yang cocok. Dokter juga mengingatkan agar penderita tetap menjaga pola makan dan menghindari konsumsi makanan berpengawet,” katanya.
Kunyit Putih (Curcuma mangga), sebagai anggota keluarga besar Curcuma, mengandung zat kurkumin. Dalam buku Encyclopedia of Medical Plants dinyatakan, kurkumin mempunyai khasiat antioksidan dan antiinflamasi. Bahkan khasiat antioksidannya lebih kuat dari vitamin E, dan khasiat antiinflamasinya lebih kuat daripada hidrokortison kimia/sintetis.
Menurut laporan American Institute of Cancer Report yang dimuat The New York Times akhir Juli 1999, kanker dapat dicegah dengan kunyit. Zat antioksidan pada kunyit berfungsi mencegah kerusakan asam deoksiribonukleat (senyawa yang menyusun gen),  karena kerusakan gen adalah salah satu penyebab terjadinya kanker. Sedangkan kurkumin bersama feruloyl dan 4-hydroxy-cinnamoyl adalah senyawa antiinflamasi yang terdapat pada rimpang kunyit.
Kesimpulannya, kedua kandungan kurkumin tersebut sangat berperan dalam memerangi kanker, yaitu mencegah kerusakan gen sekaligus mencegah peradangan (inflamasi), karena pada penyakit kanker selalu terjadi inflamasi.
Hasil penelitian Dr. Retno S Sudibyo yang dimuat dalam Tempo 30 Mei 1999 menyebutkan bahwa Curcuma mangga mengandung “protein toksis”. Sejenis Ribosome in Activating Protein (RIP). Inilah protein yang mampu menonaktifkan Ribosom, sehingga sintesa protein di dalam sel terganggu. Protein tersebut lebih mudah melakukan penetrasi ke dalam sel kanker daripada sel sehat. Akibatnya sel kanker tidak dapat berkembang biak. Karena sel kanker memiliki batas umur, maka lama kelamaan akan habis dengan sendirinya.
Dari uraian tersebut terlihat tiga manfaat Curcuma mangga dalam memerangi kanker, yaitu :
  • RIP memblokade pengembangbiakan sel kanker, sehingga lama-lama akan habis.
  • Antioksidan pada kurkumin mencegah kerusakan gen dimana kerusakan gen adalah salah satu penyebab terjadinya kanker.
  • Zat anti inflamasi pada kurkumin bermanfaat menghilangkan peradangan padahal kanker selalu disertai peradangan.
  • Karena Curcuma mangga termasuk bahan alami, maka pemakaian dalam jangka panjang sekalipun, tetap aman bagi manusia.
Perlu kita ketahui bahwa efek terapi dengan bahan alamiah memerlukan waktu yang relatif panjang. Hasil kemajuan penderita juga relatif pelan, yang berarti memerlukan kesabaran. Namun kenyataan yang mendukung yaitu bahwa Curcuma mangga adalah bahan alami, sehingga relatif aman bagi penderita jika dikonsumsi dalam waktu lama.